Selasa, 20 November 2012

Lebih Baik di Sini, Rumah Kita Sendiri


Hanya bilik bambu tempat tinggal kita
Tanpa hiasan, tanpa lukisan
Beratap jerami, beralaskan tanah
Namun semua ini punya kita
Memang semua ini milik kita, sendiri

Hanya alang alang pagar rumah kita
Tanya anyelir, tanpa melati
Hanya bunga bakung tumbuh di halaman
Namun semua itu punya kita
Memang semua itu milik kita
….
Lebih baik di sini, rumah kita sendiri
Segala nikmat dan anugerah yang kuasa
Semuanya ada di sini
Rumah kita

Tampaknya, nilai kehidupan lagu “Rumah Kita” yang dipopulerkan Good Bless puluhan tahun yang lalu masih relevan dengan problematik bangsa ini.


Orang berbondong-bondong ke kota. Pengangguran merantau ke kota mencari pekerjaan; Pengusaha lebih suka berbisnis ke kota; Kaum intelek lebih suka berkarya ke kota. Kekayaan alam di desa disedot ke kota. Akibatnya, kota maju pesat, jadi kota industri, tempat para jutawan mengembangbiakkan uang. Lalu, siapa yang memikirkan kampung-kampung yang jalannya seperti wajah kena penyakit cacar, yang bila malam tiada pelita selain lampu teplok, yang anak-anaknya banyak putus sekolah karena alasan klasik, dan masih banyak persoalan di kampung yang timbul karena termarginalkannya kampung dari peta perekonomian dan pendidikan.

Mulang Tiyuh adalah sebuah panggilan nurani kepada setiap orang yang memiliki potensi agar “tak lupa pada kulitnya”. Ingat kampungmu! Mulang tiyuh adalah sebuah ajakan kepada semua orang agar kembali ke desa-desa, pulang ke kampung-kampung untuk membangun tanah kelahirannya.

Program pembangunan di kampung-kampung mesti didukung semua pihak. Berdirinya sektor industri pendukung pertanian tentu akan mengurangi laju urbanisasi. Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan pun berdampat positif bagi peningkatan perekonomian daerah. Termasuk pengadaan sarana hiburan. Contoh kongkretnya adalah eksplorasinya sebuah lembah menjadi tempat hiburan keluarga bernama Galaxy Waterboom di kecamatan Gunung Labuhan setidaknya dapat menambah pemasukan daerah karena kita tak perlu jauh-jauh berwisata ke kota. Way Kanan masih punya tempat-tempat potensial dijadikan objek wisata seperti Curup Gangsa di Kasui, Curup Putri Malu, dan Sumber Air Panas di Banjit. Pemerintah tidak menutup mata dengan sumber kekayaan alam ini. Bila pihak lain ikut berpartisipasi, tentu akan lebih cepat kita kelola.

Dalam kesederhanaan kehidupan di kampung tersembunyi kekayaan yang harus digali, dimanfaatkan, dan dikembangkan oleh kita. Hamparan tanah yang amat luas, rimbunan pepohonan di perbukitan, gunung yang mengalirkan air segarnya semua itu milik kita. Nikmat dan anugrah dari Alloh Yang Maha Kuasa. Jadi, lebih baik kita berkarya di sini, di rumah kita sendiri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar